Kampung Bugis merupakan salah satu saksi sejarah keberadaan agama Islam di Bali yang terletak di Pulau Serangan, sebuah pulau kecil yang terpisah dengan daratan Pulau Bali berjarak 17 Kilometer arah selatan kota Denpasar. Orang-orang Bugis yang berada di Bali Utara terkonsentrasi di dua kecamatan, yakni Kecamatan Buleleng dan Kecamatan Gerogkak. Di Kecamatan Bululeng terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Bugis, sedangkan di Gerogkak terdapat tiga desa dengan komunitas masyarakat Bugis yang cukup besar, yakni Desa Celukan Bawang,…
Ronggeng Bugis adalah ronggeng yang berasal dari Bugis, Sulawesi Selatan. Keberadaan Ronggeng Bugis ini berawal dimasa Sunan Gunung Jati pada tahun 1470 Masehi menyatakan kemerdekaan negara Cirebon, yang terlepas dari kekuasaan Maharaja Pakuan Pajajaran. Pada saat itu, negara Cirebon memiliki pasukan Telik Sandi (Prajurit Sandi Yuda) yang melakukan kegiatan spionasi di wilayah Pajajaran untuk mengetahui reaksi dari pernyataan kedaulatan penuh negara Islam Cirebon. Pasukan tersebut merupakan yang anggotanya terdiri atas orang-orang berani, b…
Oleh : La Yusrie Di Tanah Luwu pada Festival Keraton Nusantara ke-13, September tahun lalu, seorang Bugis mendatangi saya, dengan ramah mengenalkan diri dan menyebut ia berdarah juga Buton. Saya tak terkejut, karena pada catatan silsilah yang saya pelajari memang terdapat beberapa bangsawan Buton mengawini bangsawan Bugis. Saya bahkan menimpalinya dalam canda yang kelakar dengan mengatakan kepadanya bahwa saya juga orang Bugis, Buton kan singkatan BUgis TONji. Kami lepas tertawa, membahak disela bunyi gong yang ditalukan di sudut Is…
Ditulis oleh : dr. Idrianti Idrus Sp.KK Setelah divonis positif COVID-19, Bapak langsung masuk ke ruang isolasi RS Unhas ditemani dengan belahan hatinya Ibu saya. Banyak orang orang baik memberikan suplemen, kurma ajwa, madu herbal dan jamu racikan seorang dokter, termasuk adik-adik bapak yang langsung ke Makassar membawakan suplemen. Hari kedua atau hari ketiga Bapak di ruang isolasi, saya ditelepon oleh sahabat beliau dr. Murni Sp.B dan menyarankan agar Bapak diberikan minyak kayu putih. FYI, ibu saya memang pecinta minyak kayu put…
Bagi siapa pun yang sadar lingkungan, pasti selama ini meresahkan budaya kantong plastik yang digunakan di toko-toko dan supermarket. Setiap kali seseorang membeli buah-buahan dan sayuran atau membawa pulang barang-barang mereka, maka itu akan dibawa dalam plastik. Sebagian besar ini berakhir ditempat pembuangan sampah atau ditemukan di laut. Plastik adalah salah satu produk yang paling banyak digunakan di seluruh dunia dan, mungkin, salah satu yang paling merusak lingkungan. Meskipun memiliki berbagai tujuan dan mudah digunakan, dampakny…
Di sungai Jeneberang perbatasan kota Makassar dan Gowa ini, aktivitas angkutan sungai tradisional ternyata masih berlangsung dengan baik. Operasionalnya tidak pernah sepi padahal tak jauh dari lokasi penyeberangan ini terdapat jembatan yang menghubungkan antara Makassar, Gowa dan Takalar. Warga mengakui bahwa waktu mereka jauh lebih cepat jika menggunakan fasilitas penyeberangan ini jika menuju ke kota Makassar dibanding menggunakan jembatan, karena mereka harus memutar jauh melalui kota Gowa. Di Desa Taeng, terdapat 6 titik p…
Sekian tahun saya kembali menginjakkan kaki di terminal utama kota Makassar ini. Dulunya memang kumuh, semrawut dan jorok, sekarang... Eh masih tetap ji begitu. Padahal fasilitasnya sudah dibenahi berkali kali. Aneh. Saya pun bisa masuk terminal ini, juga dengan cara yang aneh. Awalnya bus yg saya tumpangi masuk areanya, kemudian saya dan teman diminta turun dari bus. Kita lalu diarahkan ke ruang tunggu dan wajib membayar tiket masuk, Rp. 1000/org. Dalam ruang tunggu, kernet bus sdh menunggu dan belum apa apa, kita diarahkan kembali ma…
Homestay atau rumah singgah ini berada di Salurante, nama sebuah desa di tengah lembah pegunungan Rongkong Luwu Utara. Saya tidak sangka jika ada fasilitas seperti itu tersedia ditempat yang sangat terpencil. Meski sederhana, lingkungan sekitarnya menampilkan keindahan alam yang luar biasa mempesona. Selain pemandangan eksotik, di Salurante inilah terdapat tradisi tenun kain tradisional tertua khas Rongkong yang bahan pewarnanya dibuat khusus dari tumbuh tumbuhan. Kita bisa transaksi langsung buat mendapatkan karya seni warga itu. …
Di Luwu Utara khususnya Dusun Salurante Desa Rinding Allo Kecamatan Rongkong, menenun masih menjadi salah satu cara merawat tradisi leluhurnya. Motif tenunnya khas dan abstrak, sarat makna persaudaraan. Pertama kali saya lihat, rasa rasanya mirip kebudayaan Indian di Amerika dan suku Dayak Asia Tenggara. Tenun Rongkong merupakan identitas kejayaan peradaban Luwu di masa lampau. Siti Nurma, salah satu dari sedikit penenun tradisional Rongkong, mengakui bahwa tradisi tenun Rongkong sudah nyaris punah ditempat asalnya. Generasinya sudah ha…
Pulang dari Luwu Utara, jam 3 subuh tiba di Parepare, saya dengan teman sepakat untuk lanjut ke Makassar. Mumpung mesin motor masih panas. Pertengahan jalan poros antara Barru dan Pangkep, laju motorku melambat. Jam 3.30 rasanya sudah tidak kondusif. Udara dingin bikin saya tidak bisa lawan rasa kantuk. Temanku juga ogah gantian bawa motor lantaran hawa dingin subuh makin sulit dibendung. Kami pun sepakat cari tempat singgah buat istirahat. Sepanjang jalan, mencari tempat singgah, akhirnya ada warung kecil yang pintunya masih terbuka. K…
Saat ini, di Indonesia total jumlah media diperkirakan mencapai 47.000 media. Di antara jumlah tersebut, 43.300 media adalah online. Sekitar 2.000-3.000 diantaranya berupa media cetak. Sisanya adalah radio dan stasiun televisi yang memiliki siaran berita. Namun yang tercatat sebagai media profesional yang lolos verifikasi hingga 2018 hanya 2.400 perusahaan media. Media tanpa verifikasi ini yang disebut media abal-abal. Hanya di Indonesia, media abal-abal utamanya media online, bebas bergerak seperti layaknya pers. Sedangkan di negara lain…
Etnis Bugis dan Makassar diketahui adalah etnis dominan di Sulawesi Selatan. Kedua suku ini seringkali diidentifikasi sebagai satu kesatuan etnis. Namun dalam perspektif sejarah lokal, cenderung kontroversial dan rentan menimbulkan polemik. Pada dasarnya identifikasi penyatuan tersebut sebenarnya lebih kepada sebuah bentuk dari hasil simbiosis peradaban dan kebudayaannya. Salah satunya adalah budaya maritim. Banyak literatur sejarah mencatat jejak rekam pengembaraan kedua etnis tersebut mengarungi lautan. Kisahnya memang beda terutama terit…
Gunung Bawakaraeng adalah sebuah gunung di Sulawesi Selatan yang merupakan rangkaian pegunungan taman nasional Gunung Lompobattang. Letaknya berada di kabupaten Gowa yang membentang hingga ke perbatasan 3 kabupaten yakni Jeneponto, Bantaeng dan Sinjai. Pesona alam gunung Bawakaraeng menampilkan keelokan hutan tropis dengan berbagai kisah legenda yang hingga saat ini tetap dilestarikan oleh masyarakat pegunungan. Dibeberapa puncak gunung Bawakaraeng banyak terdapat tumpukan batuan gunung besar yang tersusun rapi dan dipercaya penduduk se…
Bencana sedimen seperti aliran debris, kegagalan lereng dan tanah longsor adalah salah satu jenis bencana yang dihadapi di Indonesia setiap tahunnya. Dalam sepuluh tahun ini, jumlah kejadian dan korban yang ditimbulkan cenderung meningkat. Di kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, bencana sedimen menjadi isu penting untuk mitigasi terutama sejak tahun 2004. Kejadian tanah longsor diikuti aliran debris yang terjadi di Kaldera gunung Bawakaraeng, diketahui menghasilkan volume longsor sekitar 232 juta m3 (Harnawir and Kubota, 2011). Volume tan…
Dari desa Lembanna menuju kawasan hutan pinus lereng gunung Bawakaraeng ini butuh waktu sekitar 15-20 menit. Melewati jalur pematang kebun yang licin dan berkelok-kelok. Treking panjang naik turun cukup bikin nafas ekstra sesak dan memaksa paru2 menyempit. Saking jauhnya. Tapi itu dulu. Tahun 90-an. Ketika akses menuju lokasi ini hanya bisa dilihat oleh segelintir orang yg memang sengaja datang untuk mendaki gunung. Tidak mudah menuju ke lokasi hutan pinus. Banyak akses jalan yang membingungkan. Salah jalan bisa nyasar ke kebun warga. Jik…
Tiba jam 12 malam di desa ini, saya sudah dibikin bingung dengan suasananya. Bisa-bisanya desa kecil pelosok kaki gunung sebegitu meriahnya di malam hari. Sepanjang yang saya tahu, desa ini biasanya gelap gulita kalau sudah malam. Apalagi kalau masuk jam tengah malam. Tapi ini malah terang benderang. Serasa masuk kawasan perumnas yang sumpek. Maklum, terakhir saya ke desa ini tahun 2008. Perubahannya jauh sekali dari perkiraanku. Saya melewati malam pertama ini tanpa habis pikir. Bangun jam 7 pagi, saya pun buru-buru keluar dari rumah …