POTRET SURAM TERMINAL KOTA MAKASSAR: KUMUH, JOROK DAN SERAMPANGAN.



Sekian tahun saya kembali menginjakkan kaki di terminal utama kota Makassar ini. Dulunya memang kumuh, semrawut dan jorok, sekarang... Eh masih tetap ji begitu. Padahal fasilitasnya sudah dibenahi berkali kali. Aneh.

Saya pun bisa masuk terminal ini, juga dengan cara yang aneh. Awalnya bus yg saya tumpangi masuk areanya, kemudian saya dan teman diminta turun dari bus. Kita lalu diarahkan ke ruang tunggu dan wajib membayar tiket masuk, Rp. 1000/org. Dalam ruang tunggu, kernet bus sdh menunggu dan belum apa apa, kita diarahkan kembali masuk bus dan berangkat begitu saja. Konsumen sekedar lewat saja, dan itu harus bayar.

Bayangkan kalau dalam sehari, berapa uang yg didapatkan perusahaan daerah terminal ini dgn cara eksploitasi konsumen seperti itu. Dalam terminal pun, minim manfaat sama sekali. Mana lingkungannya jorok, penataan lokasi yg serampangan dan staf yang tidak ramah.
Perusahaan Daerah (PD) Terminal Regional Daya Makassar sejak dulu memang selalu menuai sorotan publik terkait pengelolaan managemennya.




PD Terminal setiap kali selalu sesumbar dapat melakukan pembenahan terkait penerimaan retribusi mereka. Pihak Direksinya mengaku, dengan pembenahan fasilitas yg optimal, mereka bisa menerima pemasukan setidaknya mencapai Rp 14 juta per hari. Namun buktinya, pembenahan yang dilakukan bertahun tahun, hasilnya malah semakin semrawut.


Disisi lain, lemahnya sistem manajemen PD Terminal Makassar makin menyuburkan tradisi melanggar aturan oleh transportasi antar kota. Kerap ditemui mobil penumpang bongkar muat di luar terminal. Minimnya SDM dan kinerja manajemen pengelolaan yg tidak konsisten membuat PD Terminal Makassar tidak mampu mengatasi kondisi tersebut.

Bagaimana tidak kesulitan, kalau perusahaan daerah ini sedari dulu enggan membangun jaringan kerjasama dengan berbagai pihak misalnya Lalu Lintas dan dinas perhubungan. Pasti sulit, karena belum ada sistem yang dirancang untuk mengatur kerjasamanya. Gimana juga mau jadi kalau pendapatannya dimakan sendiri.

Post a Comment

0 Comments