KETIKA PERAHU TRADISIONAL TERCEPAT DIDUNIA DICIPTAKAN



Pembuatan perahu Sandeq atau perahu buatan tukang perahu khas suku Mandar Sulawesi Barat berbeda dari pada etnis ‘saudaranya’, yaitu Bugis dan Makassar selain sandeq , buatan lepa-lepa (sampan) berbeda. Lepa-lepa yang ada di mandar ukurannya kecil, kayunya tipis, dan lebih laju. Lepa-lepa di daerah lain cenderung ukurannya besar, berat, kayunya tebal dan agak lamban.

Penggunaan perahu bercadik ukuran kecil, perahu sandeq bisa dioperasikan di semua lingkungan perairan baik dipesisir pantai maupun dilautan yang lepas dengan ombak dan angin yang lebih kuat, kecuali diterumbu karang Karena kemudi yang terlalu panjang dikhawatirkan mencapai batu-batu karang. 

Perahu sejenis dari daerah lain tidak demikian adanya, karena hanya dioperasikan di perairan pantai sebab kontruksinya tidak sesuai untuk lingkungan laut lepas yang ganas.

Sedangkan dari lingkungan fisik kelautan, khususnya pusat pengembang perahu sandeq, adalah wilayah yang langsung berbatasan dengan laut dalam. Sedangkan perairan Bugis dan Makassar sebagian besar berhadapan dengan perairan yang dangkal, yaitu perairan spermonde di selat Makassar dan kepulauan Sembilan di teluk Bone.

Keadaan yang demikian secara tidak langsung menuntut pelaut Mandar untuk memiliki perahu penangkap ikan yang kuat mengarungi lautan dan cepat lajunya.
Sekilas, model perahu pakur dan sandeq sangat mirip, tetapi antara olan mesa (ujung haluan) dan bentuk paccong ( ujung haluan buritan) sangat berbeda. 

Tidak diketahui, mengapa paccong olang mesa yang runcing (tidak membentuk limas segitiga di ujungnya) berbeda dengan paccong pakur atau sandeq. Ataukah kemunculan mereka bersamaan dengan kata lain pakur bukan bagian proses dari olan mesa ke sandeq, melainkan langsung dari pakur ke sandeq.

Gambaran ideal sebuah perahu bagi para pelaut adalah perahu yang kuat, cepat lajunya, ringan, dan cantik. Sandeq adalah perwujudan keinginan tersebut: kuat mengarungi lautan luas dan ganas, perahu layar tradisional yang tercepat lajunya dinusantara, mudah dipindahkan ketika disimpan di darat, dan penampakannya indah cantik, sebab pembuatannya halus dan rapi. Ini adalah faktor kebiasaan pembuat perahu di Mandar.

Dengan berdasarnya pada ussul, bentuk ikatan sandeq menjadi tampak rapi, seimbang dan kuat. Demikian juga ketika melabuhkan sandeq di darat, harus menghadap ke lautan. 

Bahan utama perahu sandeq adalah kayu jenis Kanduruang Mamea yang telah cukup tua, sehingga selain kuat juga mempunyai diameter yang cukup lebar.

Pembuatan perahu ini dikerjakan oleh dua ahli, yaitu ahli kayu yang bekerja di tengah hutan, dan ahli perahu (panrita lopi) yang bekerja di pesisir.

Persiapan paling awal yang harus dilakukan untuk membuat Perahu Sandeq yaitu mencari pohon Kanduruang Mamea yang cocok untuk membuat Perahu Sandeq. Waktu pemotongan pohon ditentukan hari baiknya.

Pemotongan kayu biasanya dilakukan pada pagi hari bulan purnama (tanggal 15 menurut kalender Hijriah), yaitu ketika matahari beranjak naik.  

Persiapan peralatan, baik untuk memotong pohon (kampak besar, cangkul kayu, dan parang) maupun untuk membuat perahu (ketam kayu, gergaji, dan bor) dengan memanfaatkan tenaga ahli.

Tahap pembuatan balakang, meliputi proses pengukuran kayu dan pengerukan kayu. Proses setelah pohon rebah adalah menentukan panjang kayu yang akan dijadikan perahu. Panjang perahu biasanya berkisar antara 7-12 depa. Bagian pohon yang dijadikan bagian haluan perahu adalah bagian bawah pohon. Bagian ini kuat dan daya apungnya bagus.

Bagian atas batang pohon (sisi pohon yang menghadap ke atas) diiris (dibuang) dengan menggunakan passenso. Namun sebelum mengenal passenso, untuk mengiris bagian atas biasanya menggunakan kampak besar.  
Setelah itu, batang pohon dikeruk. Pengerukan menggunakan kampak, parang, dan cangkul kayu. Namun sebelum dikeruk, terlebih dahulu dibuat batas-batas yang akan dikeruk di atas sisi pohon yang telah dibuat datar.

Setelah selesai dikeruk maka akan dijumpai sebuah calon perahu (balakang) yang lebih mirip lesung panjang, lalu balakang tersebut dibawa keluar dari hutan. Sebelum dibawa keluar, sang ahli kayu memohon ijin kepada kayu yang ditinggalkan. Permintaan ijin ini ditandai dengan menyentuhkan serpihan potongan kayu ke kayu yang akan pergi dan kayu yang akan ditinggalkan. Selanjutnya balakang dibawa menuju perkampungan, yaitu ke rumah orang yang hendak membuat perahu untuk proses pembuatannya.

Balakang yang sudah jadi, dibawa ke pantai.

Tahapan pembuatan perahu merupakan proses terakhir dari rangkaian pembuatan Perahu Sandeq setelah balakang betul-betul kering, selanjutnya dibawa ke rumah tukang perahu (biasanya dibawa dengan menggunakan perahu), dan diletakkan di battilang (tempat pembuatan perahu) yang umumnya berada di pesisir.
Setelah berada di battilang, maka proses selanjutnya pemasangan Pallayarang (tiang layar utama) dan tambera (tali penahan pallayarang). Dilanjutkan dengan pemasangan  sobal (layar) dan guling (kemudi). Pemasangan palatto (cadik), baratang dan tadiq.


pemasangan palatto, baratang dan tadiq, maka Perahu Sandeq yang kokoh sudah siap untuk berlayar mengarungi samudra. Namun sebelum digunakan untuk melaut, terlebih dahulu diadakan upacara/ritual.

Lihat foto bagan pembuatan perahu Sandeq di https://fotosulawesi.blogspot.co.id/2017/08/bagan-pembuatan-perahu-sandeq.html?m=1

Sumber artikel :
Foto (forum Lopi Sandeq)
Ipang Polman (Kompasiana)
Melayu online :
http://m.melayuonline.com/ind/culture/dig/2079/perahu-sandeq-simbol-kearifan-orang-mandar

Post a Comment

0 Comments