Nama Even Internasional Makassar, kenapa sama dengan Brand Forum Internasional facebook?


Festival internasional bertajuk “Makassar International Eight Festival and Forum (F8)”, yang digelar pada awal September 2016 ini mungkin menjadi salah satu pagelaran terbesar di Indonesia bagian timur dalam rentang tahun 2016 ini. F8 sebagai nama festival merupakan singkatan dari Food, Flower, Fashion, Film, Fiction Writer, Fussion Jazz, Folk, and Find Art. Festival bertaraf internasional ini menyatukan berbagai unsur seni, Sosial dan Budaya nusantara dalam satu rankaian kegiatan antara lain pameran kuliner, pameran bunga, peragaan busana, pemutaran film lokal, diskusi penulisan, pertunjukan musik, cerita rakyat serta seni visual.
Penyelenggaraan F8 ditangani langsung oleh pemerintah kota Makassar dengan memaksimalkan fungsi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan melibatkan sejumlah kurator di Makassar. Terlibatnya 93 kota se-Indonesia dan puluhan negara membuat even festival ini berpotensi sebagai perangsang gairah membangun industri kreatif di Makassar. Dengan kemasan spesial seperti F8, perhatian masyarakat dunia bisa berpaling ke Makassar yang akan meningkatkan pula eksistensi pariwisatanya.
Lokasi penyelenggaraan F8 berpusat di kawasan pantai Losari yang ditata artistik bernuansa etnik. Semua lapak-lapak kaki lima dalam lokasi pantai untuk sementara diliburkan untuk menciptakan suasana yang elegan. Perahu tradisional khas Sulawesi dipajang dianjungan pantai seperti Pinisi, Sandeq dan Baqgoq.
14 negara telah yang mengikuti festival F8 yakni Norwegia, Georgia, Peru, Australia, Jepang, Switzerland, Srilanka, Belanda, India, Mongolia, Amerika serikat, Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam. F8 diproyeksikan bakal menyedot sekitar 100.000 pengunjung sepanjang penyelenggaraan mulai 8 September hingga 10 September mendatang.
Berbagai jenis produksi film, makanan, fashion, musik folklore dan fusion jazz, fine art, dan kisah-kisah fiksi yang digali dari warisan leluhur budaya Makassar akan menjadi rangkaian acara dalam perhelatan F8. Antusias dari para seniman kota Makassar pun ikut bergairah, semisal untuk Food, telah terdaftar lebih dari 40 peserta untuk memperkenalkan makanan khas lokal. Belum lagi dari sesi lainnya.
Event F8 juga menjadi panggung akbar bagi sineas lokal dan mancanegara untuk memperkenalkan karya sinematografi kepada publik dunia, sedangkan pertunjukan musik dan fashion melibatkan puluhan artis ibukota serta musisi lokal. Kegiatan-kegiatan yang bersifat seni budaya akan berkolaborasi dengan dewan kesenian kota Makassar.
Ide even seni dan budaya bertaraf internasional yang sungguh luar biasa ini murni digagas oleh walikota Makassar, Ramdhan Pomanto bersama tim kreatifnya. Label dengan “brand” F8 merupakan ringkasan dari 8 konten utama yang berpotensi mencatat sejarah untuk menjadi simbol kekuatan lokal kota Makassar yang mendunia.
Entah siapa yang mengusulkan F8 sebagai nama even di Makassar ini? yang diketahui bahwa F8 yang populer di mata dunia internasional adalah nama sebuah kegiatan tradisi dari konferensi Facebook f8 (populer disebut “feit“). F8 dikenal sebagai kegiatan tahunan yang diadakan Facebook, bertempat di San Francisco, California yang bertujuan menyatukan para pengembang dan pengusaha yang berkolaborasi terhadap masa depan teknologi personal dan sosial.
F8 pertama kali diadakan pada 23 Juli 2007 di San Francisco Design Center, San Francisco. Pada saat itu, sebutan Grafik Sosial diperkenalkan untuk pertama kalinya kepada para pengguna media sosial di seluruh dunia. F8 jelas adalah Brand internasional media sosial raksasa ini.
Penggunaan nama dalam sebuah perhelatan besar adalah hal yang sangat vital dan peka dalam otoritas dunia entertainment. Meski dalam konten kreatifitas yang berbeda, duplikasi label F8 dalam even bertaraf internasional di Makassar ini tentu akan mengundang sentimen bagi orang yang sudah tahu, apalagi di mata publik internasional. Entah siapa yang mengusulkan nama F8 ini? bisa dikategorikan sebagai orang yang belum memahami apresiasi dan etika profesionalisme dalam dunia kreatifitas. Apa memang sudah tidak ada jalan untuk menciptakan “brand” karya sendiri?

Post a Comment

0 Comments