Festival Sarung di Kota Parepare Sulawesi Selatan, Pelestarian Budaya yang Semu

Sarung adalah ciri khas masyarakat di Indonesia khususnya muslim. Walau sesungguhnya pemakaian sarung tak menunjuk pada identitas agama tertentu karena sarung juga digunakan oleh berbagai kalangan di berbagai suku yang ada.
Menurut catatan sejarah, sarung berasal dari Yaman. Di negeri itu sarung disebut futah. Sarung menjadi tradisi khas hingga ke Oman dan Arab Saudi.
Penggunaan sarung telah meluas, tak hanya di Semenanjung Arab, namun juga mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, hingga Amerika dan Eropa. Sarung pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 14, dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat. Dalam perkembangan berikutnya, sarung di Indonesia berkembang sesuai dengan beragam tradisi dan menjadi satu simbol dari nilai-nilai budaya nusantara.
Di Sulawesi Selatan, sarung sudah menjadi identifikasi masyarakat dan berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban. Penggunaannya disesuaikan dengan berbagai kondisi sehari-sehari bahkan untuk acara-acara besar. Dalam masyarakat Bugis, menggunakan sarung disebut Mallipa’. Menggunakan sarung menjadi pelengkap primer dalam kehidupan sehari-hari dari penggunaan untuk ibadah, tidur, bahkan untuk mandi sekalipun.
Bagi masyarakat kota Parepare layaknya masyarakat Bugis pada umumnya, sarung adalah salah satu pakaian kehormatan yang menunjukkan nilai kesopanan yang tinggi dalam adat istiadat. Sebagian besar fungsi sarung menjadi pelengkap baju adat dan acara besar keagamaan.

Berdasarkan fungsi sarung dalam kehidupan tradisi dan budaya masyarakat itulah yang mendorong Dinas olahraga, pemuda dan pariwisata Parepare Sulawesi Selatan untuk menggelar sebuah festival sarung dengan tajuk ” Festival Mallipa’ 2015. Festival ini bertujuan memotivasi masyarakat untuk mengapresiasi dan melestarikan budaya lokal. Dengan budaya sarung, akan terwujud refleksi tradisi leluhur sebagai bentuk penyatuan aspirasi masyarakat melalui kebudayaan dan kearifan lokal.
Perhelatan festival Sarung atau Festival Mallipa’ yang digelar di Wattang bacukiki, kota Parepare menampilkan berbagai acara seni budaya yang seyogyanya belum memediasi seni dan sejarah sarung sesuai adat tradisinya.  Kendati para peserta menggunakan sarung bahkan pengunjung juga diharapkan menggunakan sarung untuk datang di perhelatan budaya ini unsur pelestariannya belum nampak sama sekali.
Festival sarung ini merupakan salah satu aplikasi program Pelestarian Budaya Lokal dan bertujuan untuk menasbihkan Bacukiki sebagai wilayah pengembangan Destinasi Kampung Wisata di kota Parepare.
referensi : dopp-parepare.info/ apakabardunia.com

Post a Comment

0 Comments