Suatu waktu saya ditegur seorang teman yang lama baru ketemu.
"Sudah berkumis juga? Ikut tren anak muda yah?" Katanya.
"Maksudmu?" Tanyaku bingung sambil mengusap wajah, meraba kumisku.
Saya memang baru pulang dari luar kota selama beberapa bulan menyelesaikan satu kerjaan disebuah pedalaman. Selama kerja di alam terbuka, untuk bercermin saja tidak sempat apalagi untuk memperhatikan segala macam penampilan. Kumis dan jenggot? Ah, itu wajar, alami. Apa sangkut pautnya dengan tren anak muda?.
Temanku tertawa,
"Ko tidak perhatikan sekarang kah? Lihat baik-baik, kebanyakan orang umur sebaya 30 sampai 50-an, selalu kelihatan klimis. Dan lihat baik-baik, sebagian besar anak muda sekarang, malah ramai-ramai menumbuhkan kumis dan jenggotnya. Terbalik mi jaman Indra", jelas temanku.
"Benar juga", pikirku.
Dia melanjutkan, "Saya pernah antar keponakan ke acara sekolahnya. Sampai di acaranya, saya betul-betul tidak habis pikir melihat semua teman cowok keponakanku itu tampil berkumis, bahkan ada yang berjenggot", katanya sambil tertawa. "Jadi, sekarang ini, kalau mau menaksir umur, perhatikan jenggot dan kumisnya, itu pasti umur 25 tahun kebawah, kalau klimis, bisa dipastikan itu pasti umur 30 atau 35 tahun keatas".
Penjelasan temanku itu bikin saya cuma bisa manggut-manggut, sambil mengusap-usap jenggot.
"Itu makanya ko menuduh saya ikut tren anak muda yah?", Tanyaku sinis.
Dia tertawa terbahak-bahak.
Tak seperti rambut, gaya berkumis memang bisa dikatakan naik turun. Ada masa ia bisa diterima baik bahkan punya tempat terhormat. Namun ada masanya pula ia dilecehkan. Ketika masuk era 2000-an, para selebriti top tiba-tiba mempopulerkan kembali gaya Hippies urakan yang dikenal dengan sebutan "Flower Generation" , dimana kumis dan jenggot menjadi ukuran eksistensi. Seketika pula tren gaya kumis melambung dan langsung populer di kalangan anak muda di seluruh dunia. Tidak berkumis, tidak gaul.
Di Indonesia, kumis sempat punya masa jaya di era tahun 70-an hingga 80-an. Penyebabnya karena aktor masa lalu muncul dengan kumis yang mentereng. Mulai dari Roy Marten dengan kumis tipisnya hingga pemilik kumis tebal macam Slamet Rahardjo, Shopan shopian, Benyamin dan lainnya. Terakhir sosok gagah berani Brama Kumbara yang muncul di film Saur Sepuh membuat pamor kumis makin menanjak.
Namun kepopuleran kumis memudar memasuki dekade 90-an. Hanya guru-guru sekolah yang kaku dan preman kampung norak yang tetap berusaha mempertahankan penggunaan dan filosofi kumis. Aksi Rano Karno berkumis tebal di sinetron laris Si Doel Anak Sekolahan pun tak berhasil mengangkat citra pria berkumis.
Tren kumis mendapatkan kembali momentumnya di akhir 2013 ketika selebriti Hollywood yang masuk daftar pria terseksi seperti Jhonny Depp dan Adam Levine memilih tampil dengan kumis. Sejak itu, kumis pun kembali mendapat tempat untuk berjaya dalam peradaban modern ini.
Jaman now, tidak berkumis, jelas tidak gaul.
Sumber : yomamen.com
0 Comments