Entah sudah berapa minggu bertebaran berita dan foto-foto tentang pembantaian Rohingya diberbagai media. Penzaliman etnis minoritas muslim ini terindikasi sebagai tindakan "pembersihan etnis" yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar secara legal. Selama bertahun-tahun di teror, penderitaan Rohingya sangat memilukan. Terjadi pemenggalan massal, ada yang dibakar hidup-hidup, anak kecil dibantai dan ratusan perkampungan dibakar. Kendati beberapa pihak menyatakan bahwa peredaran informasi itu sebagian besar adalah Hoax. Namun situasi itu terbukti ketika muncul ribuan pengungsi Rohingya yang berusaha keluar dari Myanmar menggunakan perahu-perahu kayu. Mereka kabur dan menyebar ke berbagai negara disekitarnya untuk mendapatkan suaka perlindungan.
Sejak tahun 2011, pelarian pengungsi Rohingya pun tiba di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dari ribuan pengungsi yang menyebar diseluruh Indonesia. Mereka tiba secara bergelombang yang datang berkelompok dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Pemerintah Makassar pun menyambut dengan baik dan menyediakan beberapa wilayah dalam kota untuk dijadikan tempat hunian pengungsi.
Sejak tahun 2011, pelarian pengungsi Rohingya pun tiba di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dari ribuan pengungsi yang menyebar diseluruh Indonesia. Mereka tiba secara bergelombang yang datang berkelompok dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Pemerintah Makassar pun menyambut dengan baik dan menyediakan beberapa wilayah dalam kota untuk dijadikan tempat hunian pengungsi.
Kehidupan pengungsi Rohingya difasilitasi oleh United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Sebuah lembaga bentukan PBB yang khusus menangani imigran di Indonesia. Lembaga ini menyediakan tempat tinggal, bantuan makanan serta edukasi khusus.
Selama beberapa tahun hidup bersosialisasi dengan warga Makassar, sebagian besar pengungsi Rohingya merasa tidak mendapat hak hidup yang layak dan merasa tidak diperlakukan secara manusiawi. Lembaga UNHCR pun menjadi target tuntutan protes mereka. Aksi pengungsi Rohingya di gedung Menara Bosowa tempat UNHCR berkantor, bahkan sempat berlangsung ricuh.
Terkait tuntutan pengungsi Rohingya, Myanmar terhadap pemerintah Indonesia di Makassar mendapat respon keras dari Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo. Syahrul menilai meski keberadaan mereka di Indonesia dalam upaya mencari suaka untuk menghindari penyiksaan dan pembantaian dinegaranya sendiri, namun keberadaan pengungsi Rohingya di Sulsel khususnya di Kota Makassar dinilai tidak menguntungkan sama sekali. Ia bahkan mengecam aksi tuntutan pengungsi yang dinilainya tidak tahu berterima kasih.
"Saya tidak suka itu, ngapain dia di sini. Saya lebih suka kalau mereka pindah,"kata SYL kepada sebuah media online KABAR.NEWS.
Aksi tuntutan pengungsi Rohingya ke UNHCR bermaksud menyuarakan keinginan mereka agar bisa difasilitasi intuk segera keluar dari Indonesia. Namun pihak UNHCR bersama pihak imigrasi tidak mengabulkan permintaan tersebut sehingga para pengungsi Rohingya merasa dipaksa bertahan melanjutkan kehidupan yang tidak sesuai keinginan mereka selama menetap di kota Makassar.
"Saya tidak tahu lagi mau bahasakan bagaimana, ngapain dia demo - demo di sini, saya tidak suka. Itu sama sekali tidak perlu, kalau dia memang tidak suka di sini, ya suruh pindah,"tambah Syahrul.
Ia menambahkan jika pihak imigrasi masih mempersulit urusan para pengungsi Rohingya tersebut maka ia menghimbau untuk berurusan langsung dengan dirinya.
(Referensi tulisan : kabar.news)
Untuk melihat video respon Syahrul Yasin Limpo terhadap aksi pengungsi Rohingya, klik :
0 Comments