Kopi di tanah Mandar Sulawesi Barat merupakan salah satu komoditi unggulan yang sudah menyatu dalam tradisi budaya masyarakatnya. Perjalanan panjang tanaman kopi yang tumbuh membentang sepanjang dataran tinggi Sulawesi Barat memastikan keberadaannya tidak lepas dari kehidupan sosial dan ekonomi wilayah ini.
Kemunduran produksi kopi terjadi di Mandar sekitar tahun 1970-an. Ditengarai hal ini mulai terjadi ketika perusahaan-perusahaan asing dinasionalisasi oleh pemerintah RI ditahun 1950-an untuk menciptakan kemandirian negara Indonesia. Sayangnya orang-orang yang menangani sektor usaha kopi tidak memperhatikan lagi kualitas dan kuantitas kopi yang diproduksi.
Sejak awal tahun 2000-an, pecinta kopi Indonesia kembali bangkit dan akhirnya menjalar sampai ke Sulawesi Barat. Belakangan ini kedai kopi di Mandar nampak menjamur di mana-mana. Namun disayangkan tak ada lagi menu kopi Mandar. Kedai kopi kelas bawah menyajikan seabrek kopi kemasan dari Jawa, sementara kedai kopi berkelas menyajikan kopi premium dari berbagai daerah. Padahal tanaman kopi termasuk jenis komoditi kuno di Mandar dengan cita rasa Robusta klasik yang khas. Ironisnya, disaat pertumbuhan trend penikmat kopi berkembang pesat, kopi Mandar malah terabaikan di tanahnya sendiri.
Secara geografis, wilayah-wilayah pegunungan Mandar berbatasan langsung dengan Tana Toraja, si penghasil kopi yang sampai hari ini terkenal hingga ke dunia internasional. Kendati kualitas cita rasa kopi Mandar tidak kalah dari tetangganya, namun produksinya belum menemukan bentuk yang bisa menjamin para petaninya. Tidak ada aktifitas yang berarti untuk meningkatkan kualitas mutu produk selain memanen dan mendistribusi ke pasar-pasar lokal. Itu pun tanpa kemasan.
Dalam situasi itulah muncul sebuah brand lokal dengan label Cap Maraddia dari salah satu kawasan pertanian kopi di Tapango. Dalam segala keterbatasannya, produk kopi lokal Mandar ini diolah seadanya dan berusaha menerobos celah pasar industri kopi lokal yg sudah tanggung didominasi produk luar. Kelebihan kopi lokal Cap Maraddia adalah olahannya menggunakan pola tradisional sehingga kualitas kemurnian rasanya tetap terjaga.
Pemilik brand Cap Maraddia, Zulfihadi mengakui bahwa tahap yang paling berat dalam proses mengangkat kopi lokal Mandar adalah meyakinkan para pelaku usaha kopi lokal untuk meningkatkan standar produksinya. "Saya butuh waktu yang panjang untuk melakukan edukasi langsung ke masyarakat", katanya.
Seiring waktu, kopi lokal Mandar Cap Maraddia saat ini sudah mulai menelusuri berbagai akses untuk menemukan peluang bisnis yang terbuka baik dari pemerintahan maupun koneksi jaringan khususnya media sosial.
Referensi :
http://capmaraddia.blogspot.co.id/2017/06/kopi-mandar-mutiara-hitam-yang.html?m=1
0 Comments