Hingga kini tak ada yang tahu pasti tentang misteri kemana menghilangnya patih kerajaan Majapahit, Gajah Mada. Banyak spekulasi sejarah mengenai hal ini namun masih harus diteliti lebih jauh mana hipotesis yang paling cocok berdasarkan bukti-bukti tertulis atau bangunan sejarah yang dtinggalkan jaman Majapahit. Tentunya hal tersebut untuk menjelaskan misteri kemana menghilangnya patih kerajaan Majapahit yang melegenda ini.
Sejak beberapa tahun belakangan, muncul hipotesa tentang keberadaan Gajah Mada di wilayah timur Indonesia. Meski pendapat para peneliti sejarah menyepakati bahwa sampai saat ini belum pernah ditemukan bukti-bukti yang memperkuat adanya pengaruh Majapahit apalagi ekspansi kekuasaan di semua kerajaan wilayah timur Indonesia.
Dalam konflik simpang siur teori dan hipotesa hilangnya patih Gajah Mada secara misterius, muncul beberapa petunjuk tentang akhir hayatnya yang mencengangkan di Kepulauan Selayar, pulau paling ujung di Sulawesi Selatan. Sesuai penuturan hikayat masyarakat setempat secara turun temurun, dikatakan bahwa setelah Perang Bubat, patih ini meninggalkan kerajaan Majapahit menuju ke timur, ke pulau yang diberkahi, yang membujur dari utara ke selatan. Menurut penelusuran manuskrip kuno (termasuk Pararaton dan Nagarakartagama) adalah merujuk ke Pulau Selayar atau pulau di sekitarnya, yang posisinya sesuai manuskrip kuno itu yaitu membujur dari utara ke selatan.
Hasil simulasi sementara dalam proses sebuah penelitian saat ini disimpulkan bahwa, setelah meninggalkan Majapahit, Gajah Mada menuju ke timur Selayar melalui Bonerate, kemudian mendirikan Kampung Majapahit, dan menuju Pulau Selayar. Kapalnya mendarat di Pelabuhan Lembangia dan tinggal untuk sementara waktu. Di Desa Kayu Bauk, ia membuat pemandian Sangiang (Sanghyang), berupa 4 gua mata air yang masih bisa dilihat hingga hari ini, dimana di sekelilingnya ditanami banyak pohon maja.
Dari sana, rombongan Gajah Mada bergerak ke Selatan. Diperkirakan karena wabah penyakit, rombongan ini banyak yang jatuh sakit termasuk Gajah Mada sendiri. Beberapa awak kapal dan tentaranya yang meninggal dimakamkan di sebuah gua dan diberi nama Sangiyang Taruna (Sanghyang Taruna).
Mereka terus berlayar ke selatan dan Gajah Mada meminta berhenti di satu pulau dan kemudian meninggal di pulau itu saat sedang berenang di salah satu pantai. Pulau ini kemudian diberi nama Bathu Luang atau "Yang Lepas (Dari Dunia) Saat Mandi".
Sebagai identifikasi atas tempat dimana Mahapatih ini meninggal dan dimakamkan, dipahatlah wajah Gajahmada pada dinding batu di pulau berbatu ini .
Lihat foto-foto makam Kuno yang dikaitkan dengan keberadaan patih Gajahmada di Selayar.
http://fotosulawesi.blogspot.co.id/2017/05/makam-kuno-yang-dikaitkan-dengan.html?m=1
Referensi : Rakhmat Zaenal
0 Comments