Publikasi Digital Naskah Kuno I Lagaligo untuk Seluruh Dunia


Melalui proses pengurusan yang panjang dan rumit, akhirnya 12 jilid naskah kuno I La Galigo yang lama tersimpan di Universitas Leiden Belanda resmi untuk dapat diakses di seluruh dunia.
Dalam akun media sosialnya, pakar kebudayaan dan sejarah, Prof. Dr. Nurhayati Rahman mengutarakan bahwa hal ini dapat terselenggara atas bantuan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla melalui yayasannya , Yayasan La Galigo. Yayasan yang dipimpin oleh Tanriabeng tersebut telah membeli salinan digital naskah sebanyak 12 jilid. Digitalisasi 12 jilid naskah I lagaligo ini telah disepakati bersama antara pemerintah Belanda dan Indonesia untuk dipersembahkan kepada warga dunia melalui akses internet.
I La Galigo adalah epik mitologi dari Sulawesi Selatan yang merupakan naskah karya sastra terpanjang di dunia yang memuat 13.000 baris teks dan 12.000 manuskrip folio. Naskah I Lagaligo yang diperkirakan ditulis pada abad-7 ini telah dipatenkan sebagai Memory of the World (warisan dunia) yang telah disahkan serta diakui UNESCO.
Dilansir di harnas.co, selama dalam proses penelitian panjang terhadap naskah I Lagaligo di Leiden, Prof. Dr. Nurhayati berkonsultasi setiap waktu dengan wapres Jusuf Kalla terkait upaya menyelamatkan eksistensi naskah sastra Bugis kuno tersebut. Nurhayati melakukan riset kepustakaan atas naskah-naskah asli Lagaligo yang tersimpan di Belanda sekaligus menerbitkannya dalam bahasa Indonesia sebanyak 12 jilid. Menurut Nurhayati, transkripsi dan terjemahan naskah I Lagaligo sangat panjang untuk tiap jilidnya. “Jilid III saja transkripsi dan terjemahannya sekitar 800-an untuk 1 jilid,” menurut komentar dalam akun pribadinya.
Pemerintah Belanda dan Indonesia akhirnya bersepakat untuk menerbitkan salinan naskah kuno I Lagaligo dalam format digital melalui mediasi Yayasan La Galigo yang telah membeli salinan digitalisasinya. Dalam proses digitalisasi, naskah-naskah tua dipindai dengan sangat hati-hati dan cermat. Setiap manuskrip di pindai dengan menggunakan alat scan khusus untuk memindai tekstur naskah, sehingga proses pemindaian tidak merusak naskah aslinya untuk menghasilkan foto scan yang optimal. Hasil scan kemudian dikumpulkan dalam folder untuk tiap-tiap judul naskah yang akan siap dipublikasikan melalui situs internet.
Diungkapkan oleh Nurhayati, bahwa selama proses scanning, situs mediasinya juga sudah dalam proses perampungan untuk segera menampung semua file naskah.
Dengan adanya media publikasi naskah I Lagaligo yang bisa diakses langsung di internet, Nurhayati berharap bisa mempermudah pelajar dan mahasiswa khususnya peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang naskah sastra kuno tersebut dengan efisien.
Terwujudnya digitalisasi naskah I Lagaligo tidak terlepas dari hasil kerjasama perpustakaan Universitas Leiden dan KITLV Belanda serta perwakilannya di Jakarta sehingga karya besar leluhur Sulawesi Selatan ini bisa lebih dikenal oleh generasi saat ini.
Referensi/foto : harnas.co

Post a Comment

0 Comments