Pariwisata bahari Sulawesi Tenggara semakin ketika destinasi wisata baru yaitu Pulau Labengki, menambah daftar objek wisatanya. Awal pengelolaan Labengki sebagai kawasan konservasi biota laut khususnya spesies kerang raksasa kini telah berkembang menjadi kawasan wisata edukasi maritim yang menakjubkan. Pembangunan kawasan yang didukung oleh investasi berorientasi wisata, dikelola sepenuhnya oleh korporasi penduduk setempat dengan nama Labengki Wisata.
Pusat area pulau Labengki telah dibangun resort dengan bentuk rumah adat suku Tolaki bergaya kontemporer, lengkap dengan berbagai fasilitas pendukungnya. Selain resort yang mengelilingi pulau utama, masing-masing pulau kecil disekitarnya didesain memiliki “rumah karang” yang berfungsi sebagai taman karang dan akuarium alami untuk penyelam dan perenang snorkel. Kontur alami pulau labengki adalah sebuah laguna karang ibarat kolam renang alami yang besar dan kokoh untuk melindungi perenang dari gelombang laut dan arus pasang surut yang kuat dari laut lepas.
Labengki Wisata yang menjadi pengelola kawasan mengutamakan unsur budaya maritim yang tidak terlepas dari kearifan lokal budaya setempat dalam pembangunan kawasan pulau Labengki. Atas permintaan investor, konsep kawasan wisata berbasis edukasi akhirnya dikembangkan menjadi konsep maritim multikultural yang tujuannya menyatukan unsur tradisi kelautan di Sulawesi. Pilihan pertama yang disepakati adalah memboyong ikon maritim Sulawesi Barat yakni perahu Sandeq untuk mendukung program edukasi sosial bahari khususnya wisatawan. Perahu layar tradisional suku Mandar ini dianggap paling efektif untuk menjadi tahap awal merealisasikan program edukasi maritim karena selain populer, nuansa etnisnya masih natural. Operasional perahu Sandeq pun relatif lebih efisien dibanding jenis perahu tradisional lainnya sehingga memudahkan wisatawan untuk menggunakannya sebagai perahu wisata.
Empat perahu Sandeq kemudian dipesan di desa Labuan kecamatan Campalagian Polewali mandar Sulawesi Barat. Dua perahu berukuran 9 meter, dan dua berukuran 10,5 meter di produksi. Terdapat penambahan ekstra pada bagian sisi kiri dan kanan perahu yang diberi pengaman berupa hamparan jaring mirip “hammock”, hasil buatan tangan para pengrajin didesa itu. Hammock jaring itu dipasang untuk kenyamanan dan keamanan wisatawan saat menggunakan perahu.
Perahu Sandeq akan diboyong ke Sulawesi Tenggara dengan menggunakan transportasi darat dan setibanya di posko utama di desa Toli-toli, perahu langsung di gunakan menuju ke pulau Labengki. Empat orang warga dari desa Labuan juga didatangkan khusus untuk memberi kursus kilat bagi semua tim operasional wisata di lokasi. Mereka akan mengajarkan bagaimana menggunakan perahu Sandeq secara manual terutama penggunaan layar.
Kawasan pulau Labengki dikelilingi hamparan pulau-pulau kecil eksotik serta puluhan pantai pasir putih yang dirancang menjadi rute pelayaran perahu Sandeq. Wisatawan bisa dengan leluasa menelusuri pulau-pulau dan semua pantai sembari menikmati nuansa etnis perahu tradisional kebanggaan masyarakat Sulawesi barat ini. Selain memperkenalkan nilai-nilai budaya, pelayaran jarak pendek dengan penggunaan layar perahu Sandeq juga meminimalisir biaya operasional.
Pemandangan alam pulau Labengki kaya dengan beragam habitat dan biota laut yang masih natural. Hadirnya perahu Sandeq, menambah khazanah perwujudan program edukasi budaya maritim dan mendukung program Pariwisata nasional, pesona indonesia.
foto : Labengki Wisata
0 Comments