Sejarah Lagu-lagu Daerah Makassar yang diciptakan Seorang Cina


Lagu-lagu daerah legendaris berbahasa Makassar antara lain lagu Anging Mammiri, Ati Raya, Anak Kukang, Amma Ciang, dan Pakarena sampai saat ini masih menjadi pelengkap hiburan lokal di Sulawesi Selatan.
Uniknya, lagu-lagu daerah Makassar tersebut sebagian besar ternyata diciptakan dan digubah oleh seorang Cina perantauan.
Ia bernama Ho Eng Djie. Saat masa kanak-kanak, ia mengikuti orangtuanya merantau dari daratan Cina ke Makassar. Semasa hidupnya, Ho Eng Djie membaur dalam tradisi budaya Makassar dan mengekspresikan kecintaannya melalui karya seni. Pria Cina Makassar kelahiran tahun 1906 tersebut meninggal dunia di Makassar pada tahun 1960.
Latar belakang Ho Eng Djie menyatu dalam seni musik daerah Makassar di awali oleh rasa prihatinnya melihat persoalan diskriminasi di Makassar tentang perlakuan sikap buruk warga pribumi pada umumnya terhadap warga peranakan Cina. Kalau warga peranakan buruk kelakuannya mereka dicela dan itu memang wajar, yang tidak wajar ialah warga asli tahunya hanya pukul rata. Punna niya Cina kodi sipaqna, e, iya ngaseng Cinayya anggappa passepoloq (Kalau ada warga Cina tidak baik sifatnya, buruk kelakuannya, maka semua Cina yang kena semprot). Kalau baik dalam pengertian maju dalam usaha dagangnya mereka dicemburui.
Ho Eng Djie mengakui bahwa sikap warga asli yang demikian itu karena kesalahan warga keturunan Cina juga dalam bersikap. Assingkammai sipaqna Yahudiya ri Aropa, iyamintu naallei kalenna (seperti sikapnya orang Yahudi di Eropa, yaitu eksklusif). Itulah latar belakangnya saya mendirikan Orkes Kullu-Kulluwa. (Orkes Kullu-Kulluwa, adalah orkes lagu-lagu daerah Makassar, beberapa yang direkam di atas piring hitam (dahulu belum ada pita kaset). Ho Eng Djie berupaya membaur dengan warga asli melalui seni suara, karena dalam Orkes Kullu-Kulluwa kedua warga yang seperti air dengan minyak itu dibaurkan bersama
Dalam artikel “Mengenang Karya-Karya Hong Eng Djie” hanya gubahan Ho Eng Djie saja yang disebut, sedangkan lagu-lagu lain yang bukan gubahannya hanya disebutkan secara umum: lagu-lagu Makassar, Bugis, Mandar dan Selayar. Mestinya disebutkan pula lagu-lagu itu seperti misalnya: Mas Bangung, Mas Mera, Air Mawar, Rambang-Rambang dll. Walaupun bukan gubahan Ho Eng Djie, tetapi termasuk karya-karya Ho Eng Djie juga dalam hal aransemen.
Ada beberapa bait syair lagu yang diciptakannya seperti yang dikutip di bawah ini.
Kamma memangiq linoa,
tena tojeng kabajikang.
Kodi nicalla,
Bajika nikimburui.
Begitulah adat di dunia
Tak dibiarkan berlalu mulus
Kalau buruk dicela
Yang baik merangsang cemburu

Sumber  :
  1. Indonesia Update –  H. Muh.Nur Abdurrahman
  2. Budaya Tionghoa – M. Fahmi Myala

Post a Comment

0 Comments