Trail Kampung Pattassi, Antara Kebutuhan dan Kriminal


Moda transportasi ini sudah mulai populer sejak 7 tahun yang lalu, ketika kebutuhan percepatan angkutan material pertanian menjadi pilihan warga pedesaan utamanya di tanah Bugis saat panen raya. Murah, cepat dan efektif sehingga fungsi tenaga ternak seperti Sapi dan kuda pun tergantikan dengan hadirnya fasilitas angkutan unik ini.



Masyarakat di daerah menyebutnya Pattassi, dimungkinkan berasal dari fungsi angkutan taksi. Pattassi bermakna harfiah berarti tukang taksi. Eksistensi Pattassi jelas memudahkan petani mengangkut hasil panen mereka ke jalan poros dengan harga murah dan pelayanannya cepat. Satu karung hasil panen dengan berat 100 kilogram, sekali angkut hanya berkisar Rp.7000,- hingga Rp. 10.000,-.

Model kendaraannya unik, kolaborasi model motor trail yang sporty dan motor bebek yang fleksibel. Motor Pattassi dikemas untuk menaklukkan medan berat berlumpur khususnya areal pesawahan dan mampu membawa beban. Konstruksinya kokoh dengan suspensi monoshock yang direkayasa untuk mengangkut 1 - 2 karung besar gabah kering. Bagian tengah motor didesain untuk tempat meletakkan barang bawaan yang berat. Selain konstruksi yang kokoh, butuh kelihaian khusus bagi pengendara Pattassi ini untuk menelusuri pematang sawah serta gundukan tanah berlumpur sambil membawa beban berat. Style-nya pun kurang lebih seperti driver motor petualang, cuma bedanya, pengendara Patassi tidak menggunakan pengaman tubuh, paling cuma dilengkapi sepatu Boot ala petani.


Konstruksi motor Pattassi, konon dibentuk dari hasil rekayasa kanibal berbagai mesin motor yang dianggap stabil dan hemat bahan bakar, pada umumnya menggunakan mesin motor Yamaha MX, Jupiter dan Suzuki Thunder kemudian ditanam dalam body motor yang sudah dibentuk. Tidak ada workshop khusus untuk perakitan motor Pattassi ini karena rancangannya atas inisiatif sendiri sesuai kebutuhan. Tidak perlu pendidikan khusus, yang penting paham mesin, punya alat untuk melebur besi, maka jadilah motor Pattassi ini.

Meski kehadiran Pattassi sangat berguna bagi mobilisasi petani, namun masyarakat umum utamanya di perkotaan dibuat resah. Semakin maraknya penggunaan motor jelajah kampung ini, membutuhkan pengadaan properti khususnya mesin motor yang juga ikut bertambah sesuai permintaan. Di kab. Pinrang Sulsel, masyarakat mulai mengeluhkan banyaknya terjadi kasus motor yang hilang. Motor yang hilang itu pada umumnya bermesin 4 tak, sedang kasus motor matic yang hilang hampir tidak ada. Kuat dugaan bahwa motor yang hilang itu telah dijadikan sebagai mesin motor Pattassi. Belum ada bukti yang akurat mendukung dugaan tersebut namun masyarakat sudah terlanjur meyakini kondisi itu.

Post a Comment

0 Comments