Desa Toro, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi tidak hanya dikenal sebagai desa adat. Namun juga dikenal sebagai desa yang memiliki kepedulian pada budaya dan alamnya. Hal itu dibuktikan dengan berdirinya secara swadaya sebuah wahana pendidikan berupa sekolah alam yang aktif sejak Februari 2016 silam.
Sekolah swadaya masyarakat desa Toro ini fokus menanamkan kepada siswanya mengenai pentingnya adat mereka menjaga kelestarian alam. Selain memberikan pengetahuan tentang fungsi dan manfaat dari berbagai jenis tumbuhan yang ada di lingkungan alam mereka.
Inisiator Sekolah Alam Desa Toro, Said, menjelaskan, mulanya ide pembuatan sekolah alam tersebut muncul pada tanggal 15 Mei 2015 silam. Namun, gagasan tersebut baru bisa dijalankan setahun setelahnya, tahun 2016. Hal itu disebabkan persiapan sarana dan prasarana penunjangnya yang membutuhkan biaya.
Proses pendirian sekolah alam desa Toro cukup memakan waktu, karena semua pembiayaan dari dana pribadi, tanpa bantuan dana dari pemerintah setempat. Setelah rampung, barulah proses belajar mengajar dimulai.
Awal berdirinya sekolah alam desa Toro ini hanya memiliki lima orang siswa, kemudian berkembang menjadi 31 orang siswa hingga bisa bertahan sampai saat ini. Uniknya sekolah alam desa Toro adalah anak-anak yang memakai kostum adat setiap kali mengikuti proses belajar. Hal tersebut dilakukan untuk menumbuhkan jiwa kepedulian anak dengan tradisinya.
Kehidupan sehari-hari di desa Toro diatur dengan tata cara adat yang sudah ada sejak dulu kala. Masih dipertahankannya hukum adat di Desa Toro membuat alam di desa tersebut masih sangat terjaga. Meski begitu, masih banyak pengetahuan yang belum diketahui oleh masyarakat setempat tentang alam di Desa Toro, salah satunya adalah terdapat 271 jenis pohon dan 103 jenis tanaman obat di wilayah tersebut.
Melalui Sekolah Alam Desa Toro, generasi muda mereka mulai diajarkan tentang jenis-jenis tanaman di wilayah itu beserta manfaatnya. Salah satu tujuan dibentuknya sekolah alam tersebut untuk membagikan pengetahuan tersebut kepada masyarakat luas.
Pengajar di sekolah alam desa Toro sebanyak tujuh orang, merupakan tokoh masyarakat desa dan bergerak secara sukarela. Kegiatan belajar mengajar tidak dilaksanakan setiap hari, hanya dua kali dalam sepekan, yaitu setiap hari Sabtu dan Minggu. Masyarakat desa Toro berharap, sekolah alam mereka bisa mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Sigi, agar tradisi dan kearifan lokal mereka tetap lestari untuk menjaga lingkungan alamnya.
Sumber :Sultengraya.com
Foto : antara
0 Comments