Kisah Pilu Pengidap Lumpuh Layu di Makassar


Betapa memprihatinkan kondisi Ariyanti Buratasik (16) warga Lorong 11 Jalan Abdullah Daeng Sirua, Kelurahan Tamamaung, Kecamatan Panakkukang, Makassar, Sulawesi Selatan menderita lumpuh layu.
Yanti sapaan sehari-hari  merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Herman Pasaurang dan Desi Yakub. Ayahnya bekerja sebagai buruh kapal. Sementara ibunya adalah seorang pemulung.
Alasan Agustin yang secara khusus merawat Yanti, lantaran Desi Yakub masih mengurus dua orang adik Yanti. Anak kedua duduk di Sekolah Dasar (SD). Dan anak ketiga masih balita.
Lumpuh layu yang dialami Yanti, sapaannya, berawal dari penyakit hidrosefalus yang ia derita sejak lahir. Awalnya, kelurga korban mengira kalau Yanti tidak bisa melihat atau buta dari lahir. Akhirnya, nenek Agustin memutuskan untuk memeriksa kondisi kesehatan Yanti ke RSUP Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2002. Saat itu, usianya baru 5 bulan.
Hasil rekam medik dokter di RSUP Wahidin menyatakan bahwa terdapat banyak cairan di kepala Yanti. Setelah mendapat perawatan, dokter pun memutuskan mengoperasi kepala Yanti. Cairan tersebut berhasil disedot.
“Dari bayi sampai sekarang. Awalnya kena, diperiksa di Wahidin. Banyak cairan di kepalanya. Ya sudah dioperasi,” ujar nenek Agustin sambil menggendong Yanti.
Nenek Agustin mengatakan, setelah operasi berhasil dilakukan waktu itu, Yanti dirawat sempat dirawat selama 3 bulan di RSUP Wahidin Sudirohusodo untuk pemulihan. Tapi, karena keterbatasan biaya itulah yang membuat Yanti harus dirawat di rumah.
Selama dalam perawatan keluarga, Yanti kadangkala diperiksakan ke dokter praktik. Atau juga ke rumah sakit. Namun, pemeriksaan itu tidaklah rutin dilakukan. Keluarga juga hanya bisa memberikan asupan makanan berupa bubur kepada Yanti.
Apabila panas badan Yanti meninggi, nenek Agustin harus menyediakan handuk untuk mengompres kepalanya. Kalau tidak, Yanti akan menangis sepanjang malam. Tidak hanya itu, apabila suasana dalam rumah begitu panas. Yanti dibaringkan di sebuah dipan di depan rumahnya.
Belakangan ini, kata nenek Agustin, perawatan Yanti sudah dibantu oleh dokter dan tenaga media Puskesmas Tamamaung Kecamatan Panakkukang Makassar. Ia juga ditangani langsung oleh homecare Makassar.
Nenek Agustin juga bersyukur karena sudah banyak pihak yang membantu. Mulai dari kalangan rohaniawan gereja, para dermawan, hingga pemerintah pun sudah turun tangan menangani perawatan Yanti.
(M. Fadly)

Post a Comment

0 Comments